Manajemen
Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan
pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para
supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi
sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali
dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah
jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam
memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai
akhir, supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan
pengelolaannya. Definisi Supply Chain Management juga diberikan oleh
James A. dan Mona J. Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain
management adalah sebuah sistem pendekatan total untuk mengantarkan
produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk
mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke
pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya yang merupakan keunggulan
kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik tradisional. Sedangkan
definisi Supply Chain Management menurut Chase, Aquilano, Jacobs adalah
sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh
aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui pabrik dan
gudang ke konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan Carl
M. Lund III supply chain management didefinisikan sebagai, “all the
activities involved in delivering a product from raw material through
the customer including sourcing raw material and parts, manufacturing
and assembly, warehousing and inventory tracking, order entry and order
management, distribution across all channels, delivery to the customer,
and the information system necessary to monitor all of the activities” .
Stevenson mendefinisikan supply chain management sebagai suatu
koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan tujuan untuk
mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan. Russell dan Taylor
mendefinisikan bahwa supply chain management adalah mengelola arus
informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu pelanggan,
perusahaan hingga pemasok .
Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:
Bagian
|
Cakupan kegiatan antara lain
|
Pengembangan
produk
|
Melakukan
riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru
|
Pengadaan
|
Memilih
supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitor supply risk, membina dan
memelihara hubungan dengan supplier |
Perencanaan
& Pengendalian |
Demand planning,
peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan
persediaan |
Operasi
/ Produksi |
Eksekusi
produksi, pengendalian kualitas |
Pengiriman
/ Distribusi |
Perencanaan
jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi |
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan. Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management meliputi penetapan:
- Pengangkutan.
- pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
- supplier
- distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
- Hutang maupun piutang
- Pergudangan
- Pemenuhan pesanan
- Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.
Komponen Supply Chain Management
Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian
upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers,
assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur
mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat
diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material
(contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply
chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Internal Supply Chain
Bagian
dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan
dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran
organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi.
Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen
produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.
3. Downstream supply chain
Downstream
(hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan
pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply
chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan
after-sale service.
Strategi Rantai Pasokan
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
Strategi
ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan
membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok
saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi
yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan
menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada
pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan,
biaya, kualitas dan pengiriman.
2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)
Dalam
strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para
pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih
memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir.
Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai
denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar
yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.
Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar, sehingga
pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang lainnya.
Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi
pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang
pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama.
3. Vertical Integration
Artinya
pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya
dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor.
Integrasi vertical dapat berupa:
- Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja.
- Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang semula sebagai distributornya.
4. Kairetsu Network.
Kebanyakan
perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari
sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung
secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok
kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal
dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab
itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian
tehnis dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur.
Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari
pemasok yang lebih kecil.
5. Perusahaan Maya (Virtual Company)
Perusahan
Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan
pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang
tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan
yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah.
Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya
meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, disain produk atau
distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor.
Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas
dunia yang ramping. Keuntungan yang bisa diperoleh diantaranya adalah:
keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang renadh,
fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi.
Tujuan Strategis Supply Chain Management
Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1. Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh seorang investor dari investasi.
Proses Supply Chain Management
Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak sebagaio berikut:
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Bagan
di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah koordinasi
dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang
berpartisipasi.
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer
Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor
Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer
Model Supply Chain Management
Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang
Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.
Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management
Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola suppy chain, yaitu:
Mengukur Performa Supply Chain Management
Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah langkah pertama menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan ditentukan untuk dapat mencapai tujuan perbaikan tersebut. Schroeder mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang dapat diukur dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder, 2007):
Penggerak Supply Chain
Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut:
1. Inventory
Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
2. Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl (2004) adalah sebagai berikut :
3. Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004, p55-56) adalah sebagai berikut :
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dengan Strategi Bisnis
Bagaimana keputusan mengenai rantai pasokan berdampak pada strategi
akan ditunjukkan pada table berikut:
- Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan
- Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan
- Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman
1. Supplier
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
2. Manufacturer
3. Distributor / wholesaler
4. Retail outlets
5. Customers
Proses mata rantai yang terjadi antar pemain utama itu adalah sebagai berikut:
Chain 1: Supplier
Jaringan
yang bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan
pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
bahan dagangan, subassemblies, suku cadang dan sebagainya. Sumber
pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk
juga supplier’s suppliers atau sub-suppliers. Jumlah supplier bisa
banyak atau sedikit, tetapi supplier’s suppliers biasanya berjumlah
banyak sekali.
Chain 1 – 2: Supplier – Manufacturer
Rantai
pertama dihubungkan dengan rantai yang kedua, yaitu manufacturer atau
plants atau assembler atau fabricator atau bentuk lain yang melakukan
pekerjaan membuat, memfabrikasi, meng-assembling, merakit,
mengkonversikan, atau pun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan
dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan. Misalnya inventories bahan baku, bahan setengah jadi, dan
bahan jadi yang berada di pihak suppliers, manufacturer dan tempat
transit merupakan target untuk penghematan ini. Tidak jarang penghematan
sebesar 40%-60%, bahkan lebih, dapat diperoleh dari inventory carrying
cost di mata rantai ini. Dengan menggunakan konsep supplier partnering
misalnya, penghematan tersebut dapat diperoleh.
Chain 1 – 2 – 3: Supplier – Manufactures – Distributor
Barang
sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacturer sudah mulai disalurkan
kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang
ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya
ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui
gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang
dalam jumlah yang besar, dan pada waktunya nanti pedagang besar
menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
Chain 1 – 2 – 3 – 4: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet
Pedagang
besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat juga
menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang
sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan
untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventories dan biaya
gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang
baik dari gudang manufacturer maupun ke toko pengecer (retail outlet).
Chain 1 – 2 – 3 – 4 – 5: Supplier – Manufacturer – Distributor – Retail Outlet – Customer
Dari
rak-raknya, para pengecer atau retailer ini menawarkan barangnya
langsung kepada para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut.
Yang termasuk outlet adalah toko, warung, toko serba ada, pasar
swayalan, atau koperasi dimana konsumen melakukan pembelian. Walaupun
secara fisik dapat dikatakan ini adalah mata rantai terakhir, sebetulnya
masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi
retail outlet) ke real customer dan real user, karena pembeli belum
tentu pengguna akhir. Mata rantai supply baru benar-benar berhenti
setelah barang yang bersangkutan tiba di real customers dan real user.
Model Supply Chain Management
Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah dimasukkan untuk menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Indrajit dan Djokopranoto (2002)
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan bagan Supply chain untuk produk barang
Sumber: James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006)
Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing yang terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan saham persediaan antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan termasuk kegiatan yang dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan. Tahap pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.
Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management
Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola suppy chain, yaitu:
1. Kompleksitas struktur supply chain
- Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda
- Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
2. Ketidakpastiaan
- Ketidakpastian permintaan
- Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll.
- Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll.
Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Untuk
menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau
bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai
pasokan, optimalisasi tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan,
pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun koordinasi dan
kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari
pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan
memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah.
Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan
dalam supply chain management adalah untuk menyeimbangkan kebutuhan
pengiriman pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya produksi dan
biaya persediaan. Pemodelan rantai supply chain management memungkinkan
manajer untuk mengevaluasi pilihan yang akan memberikan peningkatan
terbesar dalam kepuasan pelanggan dengan biaya yang terjangkau.
Mengukur Performa Supply Chain Management
Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah langkah pertama menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan ditentukan untuk dapat mencapai tujuan perbaikan tersebut. Schroeder mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang dapat diukur dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder, 2007):
1. Pengiriman
Mengacu
pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan secara
lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan.
2. Kualitas
Ukuran
langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur
melalui beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang
pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas
pelanggan.
3. Waktu
Waktu
pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika
kita mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka
waktu dalam persediaan hanya tingkat persediaan dibagi dengan tingkat
penggunaan.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau bauran produk dengan persentase tertentu atau jumlah.
5. Biaya
Ada
dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total
biaya pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan
tercatat, dan biaya rekening membawa piutang.
Penggerak Supply Chain
Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut:
1. Inventory
Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Cycle inventory
Cycle
inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk
memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan memerlukan
10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk bahan
baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan
tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka
terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost
(biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).
b. Safety Inventory
Safety
inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap
perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi
ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.
c. Seasonal Inventory
Seasonal
inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang
dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan seasonal
inventory akan membangun persediaan mereka pada periode permintaan
barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan barang menjadi
tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka tidak dapat
memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan.
2. Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl (2004) adalah sebagai berikut :
a. Modes of transportation
Modes
of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan
dari saru lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lainnya. Terdapat
5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:
- Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi memiliki biaya yang mahal.
- Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan fleksibilitas tinggi.
- Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar.
- Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri.
- Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas.
b. Route and network selection
Route
adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan network adalah
sebuah kumpulan lokasi dan rute kemana produk dapat dikirimkan.
Perusahaan membuat beberapa keputusan mengenai rute pada tahap desain
supply chain.
c. In house or outsource
Secara
tradisional, banyak fungsi transportasi dilakukan oleh perusahaan
sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan ke perusahaan
lain (outsourced).
3. Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004, p55-56) adalah sebagai berikut :
a. Location
Penentuan
keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya
merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain.
Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara
desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen.
b. Capacity
Perusahaan
juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan
perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.
c. Operation methodology
Disini
digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang,
apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel
maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan untuk membuat
produk lain yang biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin
yang dapat membuat satu macam produk saja (efisien).
d. Warehouse methodology
- Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk dalam suatu tempat.
- Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.
- Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas perusahan, kemudian dari sana dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari truk-truk sebelumnya.
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Push versus Pull
Sistem
push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal kepada
pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang
dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan informasi atas
permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat
memenuhi permintaan tersebut.
b. Cordinating and Information sharing
Koordinasi
dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain
bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply chain
dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi
berpengaruh pada kerugian yang besar atau keuntungan supply chain. Ini
bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam
supply chain itu sendiri.
c. Forecasting and Aggregate Planning
Peramalan
adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai
kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam
pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka perusahaan
mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah
diperhitungkan.
d. Enabling Technologies
Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain, maka terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:
- Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.
- Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet maka akan menjadi sebuah faktor penting dalam supply chain.
- Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.
- Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program yang menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan dalam penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap informasi.
Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dengan Strategi Bisnis
Bagaimana keputusan mengenai rantai pasokan berdampak pada strategi
akan ditunjukkan pada table berikut:
|
Strategi biaya rendah
|
Strategi respon
|
Strategi diferensiasi
|
Tujuan
pemasok
|
Penuhi
permintaan dengan biaya serendah mungkin
|
Tanggapi
perubahan kebutuhan/permintaaan dengan cepat untuk memin terjadinya persedian
habis
|
Penelitian
pangsa pasar, bersama-sama mengembangkan produk dan pilihan
|
Kriteria
pemilihan utama
|
Pilih
terutama karena biaya
|
Pilih
terutama karena kapasitas, kecepatan dan fleksibilitas
|
Pilih
trtm krn ketrampilan pengembangan produk
|
Karakteritik
proses
|
Mempertahankan
utilitas rata-rata yang tinggi
|
Menanam
modal pada kapasitas berlebih dan proses yang fleksibel
|
Proses moduler yang
menuju mass customization
|
Karakteristik
Persediaan
|
Meminimalkan
persedian di seluruh rantai untuk menekan biaya
|
Kembangkan
sistem yang cept tanggap, dengan persedian cadangan untuk memastikan pasokan
|
Mmin
persediaan dalam rantai untuk menghindari produk menjadi usang
|
Karakteristik
Lead Time
|
Memendekkan
lead time sepanjang tidak meningkatkn biaya
|
Menanamkan
investasi secara agresif untuk mngurangi lead time produksi
|
Menanamkan
investasi secara agresif untuk mengurangi lead time pengembangan
|
Karakteristik
desain produk
|
Maksimalkan
kinerja dan minimisasi biaya
|
Menggunakan
desain produk yang mendorong waktu set up yang rendah dan produksi massal
|
Menggunakan
desain modular untuk menunda differensiasi produk selama mungkin.
|
Supply Chain Economics
Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian halnya untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif dan efisien maka adakalanya dihadapkan pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing
1. Keputusan Membuat atau Membeli
2. Outsourcing
Integrasi Rantai Pasokan
Ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan efisiensi, integrasi rantai pasokan yaitu:
Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh karena itu diperlukan sistem yang didasarkan pada informasi yang akurat tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik melalui rantai pasokan. Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan distorsi dan fluktuasi dalam rantai pasokan dan menyebabkan apa yang diketahui sebagai bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi kenaikan dalam order yang sering terjadi sebagai order yang bergerak melalui rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan biaya seperti inventory, transportasi, pengiriman dan penerimaan.
Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi menjadi suatu substansi yang memungkinkan. Siklus material yang berasal dari pemasok, ke produksi, ke pergudangan, ke distribusi, ke konsumen, merupakan penempatan yang berbeda-beda dan seringkali berhubungan dengan organisasi yang independen. Oleh karena itu agar semuanya dapat berhasil dimulai dengan memperhatikan tiga hal yaitu:
2. Trust,
3. Compatible Organizational Cultures,
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan secara efektif yaitu:
Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi tidak demikian halnya untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan output. Oleh karena itu agar operasional berjalan secara efektif dan efisien maka adakalanya dihadapkan pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing
1. Keputusan Membuat atau Membeli
Adapun berbagai pertimbangan yang ada dalam keputusan tersebut diantaranya dijabarkan pada tabel berikut:
Alasan Membuat | Alasan Membeli | |
1 | Biaya produksi yang lebih rendah | Biaya perolehan lebih rendah |
2 | Pemasok kurang cocok. | Menjaga komitmen pemasok |
3 | Memastikan pemasok yang memadai dan manajemen | Mendapatkan keahlian tehnis |
4 | Pemanfaatan tenaga kerja berlebih | Kapasitas tidak memadai |
5 | Memperoleh kualitas yang diinginkan | Mengurangi biaya persediaan |
6 | Menghilangkan kolusi pemasok | Memastikan ada sumber daya alternatif |
7 | Memperoleh item yang unik | Kapasitas di perusahaan tidak mendukung |
8 | Mempertahankan bakat yang ada | Pertukaran informasi |
9 | Menjaga rancangan dan kualitas yang memadai | Item terlindungi karena hak paten |
10 | Mempertahankan dan meningkatkan ukuran perusahaan | Membebaskan manajemen menangani bisnis utama |
Sumber : Heizer (2004; 417)
Hal-hal
tersebut di atas dalam konsep pengambilan keputusan taktis yang
dikemukakan oleh Hansen Mowel menjadi bagian dari tahap pertimbangan
kualitatif dalam pengambilan keputusan taktis
2. Outsourcing
Adalah
memindahkan aktifitas perusahaan yang dimiliki dalam konsep tradisional
kepada supplier eksternal. Outsourcing merupakan tren yang kontinyu
yang mengarah pada efisiensi melalui konsep spesialisasi sehingga
perusahaan dapat berkonsentrasi pada core competencies yang dimiliki.
Dengan outsourcing tidak ada tangible product dan transfer. Perusahaan
kontraktor biasanya menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk
menyempurnakan aktifitasnya. Sumber daya ditransfer ke perusahaan
pemasok yang meliputi: fasilitas, orang dan peralatan. Pada saat
sekarang, banyak perusahaan melakukan outsourcing berbagai keperluan
diantaranya: teknologi informasi, pekerjaan akuntansi, fungsi hokum dan
juga produk-produk perakitan. Sebaliknya banyak perusahaan yang bergerak
dibidang Teknologi informasi maupun Prosesing data menyediakan
outsourcing bagi berbagai jenis perusahaan yang memerlukannya.
Integrasi Rantai Pasokan
Ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan efisiensi, integrasi rantai pasokan yaitu:
a. Local Optimization
Anggota
rantai pasokan akan memfokuskan pada maksimisasi keuntungan local atau
minimisasai biaya yang didasarkan pada pengetahuan yang terbatas.
b. Incentives
Insentif
mendorong munculnya perdagangan didalam rantai penjualan yang
sebelumnya tidak terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang pada
akhirnya menjadikan kemahalan bagi semua anggota. Wujud insentif berupa
insentif penjualan, potongan kuantitas, kuota dan promosi.
c. Large lots
Dalam
hal ini seringkali terjadi bias yang mengarah pada large lots karena
cenderung mengurangi biaya per unit. Disatu sisi jika pengiriman dalam
jumlah yang banyak misalnya ukuran truk penuh akan mengurangi biaya per
unit, tetapi tidak merefleksikan nilai penjualan sebenarnya.
Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh karena itu diperlukan sistem yang didasarkan pada informasi yang akurat tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik melalui rantai pasokan. Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan distorsi dan fluktuasi dalam rantai pasokan dan menyebabkan apa yang diketahui sebagai bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi kenaikan dalam order yang sering terjadi sebagai order yang bergerak melalui rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan biaya seperti inventory, transportasi, pengiriman dan penerimaan.
Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi menjadi suatu substansi yang memungkinkan. Siklus material yang berasal dari pemasok, ke produksi, ke pergudangan, ke distribusi, ke konsumen, merupakan penempatan yang berbeda-beda dan seringkali berhubungan dengan organisasi yang independen. Oleh karena itu agar semuanya dapat berhasil dimulai dengan memperhatikan tiga hal yaitu:
1. Mutual Aggrement on Goal,
suatu
integrasi rantai pasokan mensyaratkan lebih dari kesepakatan dalam
kontrak hubungan jual beli, tetapi patner harus diapresiasikan tidak
hanya dalam uang tetapi pada rantai pasokan sampai dengan konsumen
akhir. Hal ini dapat terwujud apabila adanya pengertian tentang misi,
strategi, dan tujuan dari organisasi yang berpartisipasi. Integrasi
rantai pasokan adalah sesuatu yang menambah nilai tambah ekonomi dan
memaksimalkan total konten produk.
2. Trust,
merupakan
hal kritis bagi efektifitas dan efisiensi rantai pasokan. Anggota dari
rantai pasokan harus masuk kedalam hubungan yang membagi informasi dalam
rangka membangun kepercayaan. Hubungan diantara pemasok akan lebih
sekses jika resiko dan penghematan biaya dibagi dan aktifitas seperti
riset konsumen, analisa penjualan, peramalan, perencanaan produksi
merupakan aktifitas bersama.
3. Compatible Organizational Cultures,
budaya
organisasi yang setara akan menjadikan hubungan yang positif diantara
pembelian dan penawaran apabila hal tersebut terjadi, dan akan menjadi
keunggulan riel dalam pembuatan rantai pasokan.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan secara efektif yaitu:
a. Accurate data,
b. Lot Size Reduction,
c. Singe Stage Control of Replenishment,
d. Vendor Managed Inventory,
e. Postponement,
f. Channel Assembly,
g. Drop Shipping and Special Packaging,
h. Blanket Order,
i. Standardization,
j. EDI (Electronic Data Interchange)
k. Pemilihan Vendor
2. Pengembangan Penjual
3. Negosiasi
Untuk
dapat meningkatkan akurasi data maka yang dapat dilakukan adalah dengan
melalui sharing: 1) POS (Point Of Sales) informasi, sehingga tiap
anggota rantai dapat menjadwalkan secara efektif. 2) CAO
(Computer-Assisted Ordering). Dengan menggunakan keduanya maka
pengumpulan data dan kemudian menyesuaikan dengan: factor pasar,
persediaan, order yang ada, serta mengirimkannya kepada supplier yang
bertanggung jawab menjaga persediaan barang akhir.
b. Lot Size Reduction,
ini
dilakukan oleh manajemen yang agresif dengan cara: 1) Mengembangkan
pengiriman yang ekonomis . 2) Memberikan diskon yang didasarkan total
volume tahunan daripada ukuran pengiriman individual. 3) Mengurangi
biaya order melalui teknik order yang ada dan variasi bentuk pembelian
elektronik.
c. Singe Stage Control of Replenishment,
Supervisor
bertanggung jawab secara tetap untuk memonitor dan mengelola inventory
untuk pengecer. Pendekatan ini mengarah pada distorsi informasi dan
peramalan multiple yang menciptakan bullwhip effect.
d. Vendor Managed Inventory,
Persediaan
dikelola Vendor yang artinya supplier menjaga material bagi pembeli,
seringkali mengirimkan langsung ke pembeli menggunakan departemen.
e. Postponement,
yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam proses produksi.
f. Channel Assembly,
yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat dipasang.
g. Drop Shipping and Special Packaging,
Drop
Shipping berarti pengiriman langsung dari supplier ke konsumen akhir
berarti hemat waktu dan biaya pengiriman kembali. Selain itu biasanya
disertai pengemasan yang khusus sesuai kebutuhan konsumen.
h. Blanket Order,
merupakan
komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item yang dapat
dikirim dalam jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai
kebutuhan saja.
i. Standardization,
yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan mengurangi biaya.
j. EDI (Electronic Data Interchange)
merupakan
standardisasi format transmisi data untuk komunikasi komputerisasi
diantara organisasi. Perluasan EDI adalah ASN (Advanced Shipping Notice)
yang mana notis pengiriman dikirim secara langsung dari vendor ke
pembeli.
k. Pemilihan Vendor
Suatu
perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen,
walaupun demikian fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan
vendor yang sempurna. Agar hubungan tersebut efektif maka perlu
dilakukan tiga proses yaitu:
1. Evaluasi Penjual
Tahap
ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan
kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Penilaian
dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai variabel atau factor yang
dipertimbangakan untuk memilih penjual, yang mana tiap variabel diberi
bobot tergantung pada kebutuhan organisasi. Kemudian menentukan beberapa
alternative untuk diberi penilaian , setelah dianalisa maka bisa
menentukan mana yang dipilih.
2. Pengembangan Penjual
Apabila
perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu,
maka cara agar pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku
adalah dengan memastikan bahwa penjual menghargai kebutuhan akan mutu,
dan kebijakan perolehan bahan baku. Pengembangan dimulai dari pelatihan
sampai membantu rekayasa dan produksi juga format transfer informasi
elektronik.
3. Negosiasi
Strategi
Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan
biaya (Cost Based price model), yang mengharuskan pemasok terbuka
kepada pembeli. 2) Model berdasarkan harga pasar (market Based price
model), harga didasarkan pada publikasi atau indeks. 3) Perebutan tender
(competitive bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak bersedia
membahas biaya dan tidak ada pasar yang mendekati sempurna.
4. Internet Purchasing
Kadang-kadang
disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui komunikasi
atau menyetujui catalog vendor yang didapat melalui internet untuk
digunakan oleh karyawan dari perusahaan di bagian pembelian.
l. Pembelian - Purchasing
Strategi
pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep Supply
Chain Management, bagaimanapun pembelian memberikan peluang besar
pengurangan biaya dan peningkatan marjin kontribusi, karena porsi
terbesar dari pendapatan digunakan untuk melakukan pembelian. Kebutuhan
akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu mengarah pada
pembentukan fungsi pembelian.
1. Tujuan Fungsi Pembelian
Pembelian berarti perolehan barang dan jasa, tujuan kegiatan pembelian adalah:
- Membantu mengidentifisikasi produk barang dan jasa yang dapat diperoleh secara eksternal.
- Mengembangkan, mengevaluasi dan menentukan supplier, harga dan pengiriman yang terbaik bagi produk barang dan jasa tersebut.
2. Fokus Pembelian
Pembelian terjadi di lingkungan operasi produk barang maupun jasa.
- Dalam lingkungan operasi produk barang,
Fungsi
pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal
memegang wewenagn untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di
perusahaan besar, agen pembelian ini dapat juga merupakan staf yang juga
pembeli dan ekspenditur. Pembeli mewakili perusahaan yang bersangkutan,
menjalankan semua kegiatan departemen pembelian kecuali penanda
tanganan kontrak. Ekspenditur membantu pembeli dalam menindaklanjuti
pembelian agar dapat dipastikan bahwa pengiriman tepat waktu. Di
perusahaan manufaktur, Fungsi pembelian didukung engineering drawing
dan spesifikasi dari produk- produk yang dibuat, dokumen-dokumen
pengendalian mutu, dan kegiatan-kegiatan pengujian yang mengevaluasi
ietm yang dibeli.
- Dalam lingkungan jasa,
Peranan
pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya merupakan
produk intelektual, contoh yang dapat dikemukakan misalnya di organisasi
hukum maupun kesehatan, item utama yang diperoleh adalah fasilitas
kantor, perabotan dan peralatan, mobil serta perlengkapan.
Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan rantai pasokan yang dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya rencana strategi tentang manajemen rantai pasokan menjadi sukses, maka beberapa karakteristik kapabilitas yang harus dimiliki antara lain: 1) Fleksibel dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada baik dari ketrersediaan komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar. 2) Dapat menggunakan teknologi mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman komponen dan produk akhir. 3) Menetapkan staff yang mempunyai keahlian secara local mengenai cara menyikapi peraturan, perdagangan, pengangkutan, penanganan konsumen dan isu politik. (Hendra Poerwanto G)
sumber : https://sites.google.com/site/operasiproduksi/manajemen-rantai-pasokan