Sebelum saya mulai, ada baiknya saya singgung bahwa
tulisan-tulisan saya sekarang lebih ditujukan untuk rekan-rekan yang
belum mengenal reksadana (RD). Rekan-rekan yang sudah kenal, atau bahkan
sudah cinta dengan RD.
Oke, sekarang kita mulai! :) Dua tulisan saya sebelumnya menggunakan
reksadana saham sebagai ilustrasi. Namun, sesuai dengan profil resiko
anda, mungkin anda ingin berinvestasi di instrumen-instrumen lain yang
tidak seagresif saham. Bisakah RD memenuhinya? Jawabnya: BISA! :)
Secara standar, ada 4 jenis RD:
1. Reksadana Pasar Uang (RDPU)
Pada RDPU, manajer investasi (MI) menginvestasikan uang anda ke
dalam instrumen-instrumen investasi pasar uang seperti deposito,
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan obligasi (surat utang) yang jangka
waktunya < 1 tahun.
2. Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT)
Pada RDPT, MI akan menginvestasikan sebagian besar uang anda ke
dalam obligasi. Sisanya bisa diinvestasikan ke saham dan/atau
instrumen-instrumen investasi pasar uang.
3. Reksadana Campuran (RDC)
Pada RDC, MI akan menginvestasikan uang anda secara berimbang ke dalam saham dan obligasi.
4. Reksadana Saham (RDS)
Seperti yang sudah anda ketahui, pada RDS, MI akan menginvestasikan
sebagian besar uang anda ke dalam saham. Sisanya bisa diinvestasikan ke
dalam instrumen-instrumen investasi pendapatan tetap dan pasar uang.
Sekarang, anda bisa lihat bahwa perbedaan di antara keempat RD ini
adalah: ke mana uang anda diinvestasikan nantinya oleh MI. Lalu apa lagi
perbedaannya? Dalam dunia investasi, salah satu “pepatah”-nya adalah
potensi keuntungan (return) selalu berbanding lurus dengan potensi
kerugian (resiko). Jadi semakin tinggi resiko yang anda tanggung,
semakin besar pula return yang bisa anda dapatkan, dan demikian juga
sebaliknya. :) Untuk RD, resiko terbesar ada di RDS dan menurun secara
berurutan di RDC, RDPT, sampai yang paling rendah resikonya yaitu RDPU.
Lalu, jenis RD apa yang harus saya ambil? Tentunya itu bergantung
pada profil resiko serta jangka waktu investasi yang anda miliki. Untuk
jangka panjang, ada baiknya anda ambil RDS karena potensi return-nya
tinggi, sementara walaupun resikonya juga tinggi, itu bisa
“diminimalisir” dengan jangka waktu investasi yang panjang tadi.
Ibaratnya, kalaupun hasil investasi anda minus untuk tahun ini, selama
beberapa tahun ke depan diharapkan return-nya bisa menutupi minus tahun
ini. Selain itu, walaupun nilainya fluktuatif dalam jangka pendek, dalam
jangka panjang harga saham cenderung naik, dan kenaikannya relatif
tinggi. Itulah mengapa jangka waktu investasi RDS harus panjang. Namun
bagi anda yang tidak ingin melihat uangnya “naik turun”, terutama bagi
anda yang memiliki jangka waktu investasi pendek, silakan ambil RDPT
atau RDPU. Ini adalah karena resiko keduanya relatif rendah sehingga
dengan berinvestasi di sana, anda bisa meminimalisir kemungkinan uang
anda berkurang dalam jangka pendek.
Ada patokan yang bisa kita jadikan acuan untuk menentukan jenis RD mana yang sebaiknya kita ambil? Berikut adalah saran dari Safir Senduk , seorang perencana keuangan, dalam buku-bukunya:
Jangka waktu investasi sangat pendek (?1 tahun) ? RDPU
Jangka pendek (1-3 tahun) ? RDPT
Jangka menengah (3-10 tahun) ? RDC
Jangka panjang (>10 tahun) ? RDS
Mengenai potensi return-nya bisa dilihat di menu-menu sebelah kiri
atas halaman yang sedang anda baca ini. :) Yang resikonya besar, tentu
return-nya juga besar. Saran saya, bandingkan return tahunan dari
masing-masing RD tersebut.
Sumber : http://portalreksadana.com/node/65
perancanaankeuangan.com
4 komentar
Write komentarThanks gan, nambah ilmu :)
Replybw bw bw
ReplyTerimakasih atas info nya!
Replysering visit ya gan
Reply